KOPERASI EKS KARYAWAN PT. DI

Tidak lama berselang, dua ibu muda menghampiri stannya yang menyajikan aneka olahan ikan.“Camilan ini saya buat dari ikan petex-petex,impun, paray,dan udang.Semuanya diolah dengan delapan rasa berbeda,”ujarnya. Bisnis kuliner tersebut dimulai sejak empat tahun silam.Berawal dari sang suami yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di PT Dirgantara Indonesia (DI) tahun 2002, dia mendorong suaminya untuk bangkit kembali. “Setelah pemecatan itu, suami saya menjadi frustrasi. Yang dia lakukan adalah melamun dan menyendiri,” kata Neneng yang juga pernah bekerja di bagian koperasi PT DI.

Tidak kuasa melihat suaminya yang terus-terusan terpuruk,wanita berusia 42 tahun ini mengajak suaminya membuka lahan usaha.Bisnis pertama yang digeluti mereka adalah baso ikan.Meski tidak memiliki bakat dalam bidang ini,dia tetap menyemangati suami untuk terus maju.“Ide awal usaha baso ikan ini memang dari saya yang kebetulan mempunyai teman yang mengelola bisnis serupa. Selama satu tahun,kami membangun bisnis ini.Namun ketika isu formalin menyebar, kami pun berhenti karena bahan dasar ikan yang kami pakai memang mengandung formalin,”tuturnya.

Meski terpaksa gulung tikar,warga Kampung Sayuran,Desa Mekar Mukti, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini tidak putus harapan untuk membuat usaha lain. Kali ini sang suami memberikan ide untuk mengelola pembuatan sabun cuci.Hanya bertahan delapan bulan,usahanya kandas lagi akibat penghasilan yang didapat tidak sesuai dengan pengeluaran. “Setelah gagal dengan usaha sabun cuci,kami beralih ke rental komputer. Sayangnya harus bangkrut kembali meski bertahan selama satu tahun setengah.

Akibat seringnya kegagalan ini,suami saya kembali putus asa,”kata ibu tiga anak ini. Dengan kondisi tersebut, Neneng yang juga bekerja sebagai guru honorer di SMP dan SMA Darul Falah,Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini, tidak ingin ikut putus asa. Keinginan tetap membangun sebuah bisnis makin membara di hatinya. “Terutama saya tidak ingin melihat keadaan suami yang semakin frustrasi.Saya terus berusaha menyemangatinya agar tetap bangkit,“ kata Neneng. Dari keinginan dan semangat itulah,Neneng menemukan inspirasi untuk menggeluti usaha lain.

Adalah Waduk Saguling yang tidak jauh dari tempat tinggalnya yang akhirnya mendatangkan kesuksesan. “Dari waduk ini,saya memiliki ide untuk mengolah berbagai ikan menjadi sebuah camilan.Alhamdulillah,kami bisa mengubah nasib dengan merintis bisnis ini,” ungkapnya. Berjalan kurang lebih empat tahun,usaha camilan yang diberi nama Oscar 3 Bersaudara tersebut sukses merajai pasar dan pameran. Tidak hanya itu,produknya mendapat penghargaan juara pertama Miss Halal Jabar dalam Halal Fair 2010.

“Kesuksesan ini kami raih dengan usaha,semangat,dan rasa syukur tiada henti. Tentunya kami akan terus berinovasi dan memperluas pemasaran melalui media online.Sayangnya usaha lewat media ini tersendat karena daerah tempat tinggal kami masih kesulitan mengakses internet,” bebernya.

NENI NURAENI
Kota Bandung